Jumat, 24 November 2017

P A D I S ( PADUAN ISYARAT )
 YAYASAN BUKESRA BANDA ACEH

Assalamualaiku Wr.Wb
Hallo Teman,Sahabat Saudara Apa Kabar ....
Sebelumnya terima kasih karena sudah membuka Blog saya, yang pastinya saya di sini sedikit bercerita tentang PADIS  ( PADUAN ISYARAT ). 
PADIS Adalah Paduan Isyarat Yang Di Pimpin Oleh Pak Mawardy Selaku Dirjen Padis dan Saya Sendiri Selaku Pendamping Beserta Anggota Padis.
Alhamdulillah Kami Grup Padis Ini Sudah Tampil di Berbagai Tempat atau acara antara lain di " Walikota dala Acara Hari BKBN, Hari Anak Internasional,HDI,hari Lansia, DPIA ( Duek Pakat Inong Aceh),Dll.
Kami Padis ini sering di Undang di pembukaan acara-acara dan tampil dalam Lagu Indonesia Raya ( Isyarat ) dan lagu Mars lainnya.
Berikut ada Beberapa Foto Tampuilan kami dan Foto bersama penjabat Kota ini :

 Berfoto bersama Bapak WAGUP

 Acara Hari Anak Nasional



 Berfoto sam Bunda Illiza Ibu Wali Kota Banda Aceh

 Acara HDI Tahun 2017

 Taman Sari


 Gedung Walikota


Hotel Grand Pade

 Taman Sari Acara Hari IBU

  Taman Sari Acara Hari IBU



 Foto Bersama Bunda Illiza






























 Foto Bersama setelah Selesai Penampilan


Alhamdulillah Sekian Dulu Cerita Padis dari Saya ..
Mohon Maaf Apabila Banyak Kata dalam penulisan atau Cara penulisan nya ..
Maklum saya Baru Belaja Membuat Blog.
Terima Kasih







Minggu, 05 Februari 2017

Panggil Aku Inong

Panggil Aku Inong

      Aku, bayi perempuan nan lemah dan berlumuran darah, dengan aurat yang terpampang ke alam, dibuang begitu saja.
         Sayup Aku menatap alam yang kian redup dari sebalik kantong kresek hitam. Aku yang baru saja dilahirkan, dan masih berlumuran darah, dibawa pergi untuk dibuang ke suatu tempat. Aku tak pernah tahu, mengapa setelah ada, Aku dianggap tiada.
        Ya, tubuh mungilku diletakkan begitu saja di rerumputan, tanpa baju, tanpa alas. Aku dicampak seumpama bangkai. Tulang tengkorakku belumlah kuat. Kulitku masih sensitif. Dalam ketelanjangan, Aku ditinggalkan begitu saja. Ya, Aku telah dibuang.

        Aku ketakutan. Tubuhku yang berdarah nifas adalah santapan empuk anjing liar di jalannan. Aku kedinginan. Karena orang yang membuangku tak pernah membalut tubuhku. Aku tak pernah tahu, mengapa diri ini tak pernah diingini.
        Aku ketakutan. Ya, aku benar-benar takut dan kemudian diri ini menangis sekeras-kerasnya. Aku gamang, bingung dan butuh perlindungan. Tangisku itu membuat seorang bidan yang sedang melintas berempati. Ia dan warga Mane Tunong menolongku. Atas seizin polisi aku dibawa ke rumah sakit.
        Di sana, di tangan orang-orang berjilbab, tubuh kotorku dibersihkan. Aku dibungkus dengan rapi. Tali pusarku dipotong. Kemudian aku ditidurkan dalam boks. Mereka menyelamatkanku. Aku berterima kasih kepada mereka semua.


        Ibu! Andai saja Engkau masih ada. Jemput Aku dari sini. Aku rindu ibu, Aku rindu pelukanmu. Aku ingin menyusu pada puting nenenmu. Aku ingin Engkau dekap sembari membacakan nina bobok.
Ibu! Aku sendirian di sini. Orang-orang yang mengurusku di sini, semuanya asing bagiku. Jemput Aku, Ibu! Bawa Aku pulang. Aku ingin bersama Ibu.
       Mak! Neucok lon, Mak. Bek neuboh lon lage nyoe Mak. Lon meuchen keumak! Lon hawa neu um le droneuh, Mak!
      Mak, ho neuh Mak? Neujak keuno Mak, Neucok ulon di sino. Ulon teumakot, sep brat teumakot. Mak! Neucok lon…….!!
***
       Ibu, saat Engkau membuang diriku, Engkau ternyata belum memberi nama untuk gadis kecilmu ini. Siapa namaku, Ibu? Nisa, Syifa, Halimah, Siti, Ruqaiyah, Mahabbah? Siapa, Ibu? Siapa namaku.
       Ah, sebut saja Inong. Ya, Inong yang dibuang oleh ibunya sendiri. Ya, Aku anak yang tak diinginkan, atas alasan yang tak pernah kuketahui.
Ibu, andai Engkau membaca ini, tolong jemput Aku di rumah sakit. Tolong, Aku rindu padamu. Aku ingin bertemu denganmu.
 Ibu, 
Dek Nong rindu padamu. 
Jemput Aku,
Ibu!