Rabu, 20 Juli 2016

Awal Mula Cerita Seorang Difabel

Masamah, Seorang gadis berkulit hitam manis adalah seorang anak yang memiliki semangat tinggi untuk sekolah. Ia anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ia lahir dalam keluarga yang kurang mampu pada tanggal 20 Mei 1991 di Desa Leupung Balee Kab. Aceh Besar. Ayah dan ibunya bekerja sebagai petani. Selain itu, ibunya juga menerima jahit pakaian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dihitung-hitung penghasilan sang ibu hanya berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000. itupun tidak setiap hari diperoleh, sehingga kalau ada kebutuhan yang diluar kebutuhan sehari-hari, maka akan sangat sulit dipenuhi. Pada saat masamah berusia enam bulan, Ayah dan ibunya bercerai. Dikarenakan Masamah masih bayi saat itu, maka ia tinggal bersama ibunya sampai sekarang.



Jika dilihat sepintas, Masamah tidak memiliki kekurangan apapun pada tubuhnya. Tetapi jika diperhatikan secara sekasama, kita akan melihat bahwa kaki kiri Masamah mengalami disabilitas sejak lahir. Walaupun demikian, kedua orang tua tidak pernah putus asa dalam mendidik dan menyayangi Masamah sampai dewasa.

Pada tahun 1996, Masamah masuk sekolah. Ia sekolah di SDN 101 Lamjamee-Banda Aceh. Dari kelas I samapai kelas V, Masamah hanya memperoleh nilai biasa-biasa saja. Di kelas VI, ia berhasil memperoleh ranking 3 dan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Pada tahun 2003,Masamah meneruskan pendidikannya ke jenjang SLTP.  Ia sekolah di SLTP Negeri 2 Kuta Cot Glei Kab. Aceh Besar. Dari SD hingga SLTP, Masamah selalu sekolah di sekolah regular (umum).

Pada tahun 2005, Masamah melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTA. Disini ia terpaksa memilih Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk menuntut ilmu. Ini dikarenakan biaya untuk sekolah di sekolah reguler tidak cukup. Jika ia sekolah di SLB, ia dibebaskan dari segala macam biaya, baik itu SPP, biaya asrama, makan, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya.  Seandainya ia punya biaya, ataupun sekolah reguler memberikan keringanan padanya, ia pasti akan tetap memilih sekolah reguler tempat dia menuntut ilmu.

SLTA yang menjadi pilihan Masamah adalah BUKESRA (Badan Usaha Kesejahteraan Para Cacat Aceh). BUKESRA adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan khusus untuk anak dengan disabilitas. Murid-murid BUKESRA adalah penyandang disabilitas dengan berbagai jenis kedisabilitasannya yaitu tunanetra (tidak memiliki daya penglihatan), tunarungu (tidak bisa mendengar dan berbicara), tunagrahita (lemah daya fikir), tunadaksa (gangguan pada fisiknya) dan Cyrebral Palsy (gangguan pada saraf otak sehingga berpengaruh pada gerak motoriknya).

Walaupun demikian, Masamah tidak menyesal masuk ke SLB karena pelajaran demi pelajaran berharga ia peroleh disana yang belum tentu ia peroleh di sekolah reguler. Guru-guru di sini juga sangat mengerti dan mendukung murid-murid untuk terus meraih prestasi demi prestasi dari berbagai jenis kegiatan, perlombaan dan lain-lain. Selama tiga tahun Masamah sekolah di BUKESRA dari tahun 2006-2009. Masamah lulus dan mendapat ijazah pada tahun 2009.

Menurut Masamah, selama bersekolah di BUKESRA, masamah mendapatkan berbagai macam pengalaman yang sangat berarti baginya, salah satunya yang paling saya sukai adalah keterampilan menjahit bordir kerawang Gayo. Selain itu,  masih banyak lagi keterampilaan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.

Setelah lulus sekolah pada tahun 2009, Masamah melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Universitas yang menjadi pilihannya adalah Universitas Serambi Mekah (USM) Banda Aceh. Untuk masuk keperguruan tinggi ini, banyak sekali ujian dan dan rintangan yang dialami  Masamah. Dari mulai pendaftaran sampai dengan wawancara langsung dengan dosen yang sempat mempermasalahkan kondisi kakinya. Namun, dengan keyakinan yang kuat dan semangat, ia berhasil melewatinya dan iapun kuliah disana berbaur dengan anak-anak mahasiswa pada umumnya. Tapi sayang, perjuangan Masamah tidak selesai. Ia hanya kuliah sampai semester IV karena Masamah tidak cukup biaya untuk bayar uang kuliah. Akhirnya ia berhenti di semester ini. Seandainya saja pihak kampus memberikan keringanan, Masamah pasti masih tetap kuliah dan meraih cita-citanya.

Semasa kecil, Masamah mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang guru. Ia ingin mengajarkan murid-muridnya dengan sabar. Sungguh sayang, impiannya pupus ditengah jalan. Ini dikarenakan pendidikan yang ia peroleh tidak memenuhi syarat untuk menjadikannya seorang guru.
Tetapi itu tidak membuat masamah putus asa,walaupun masamah harus berhenti kuliah, ia tetap semangat dan ingin terus maju. Meskipun tidak bisa menikmati pendidikan formal yang layak, tekadnya untuk maju masih tetap mendorongnya untuk terus berusaha dan berkarya dalam bidang yang lain.

Dengan semangat yang masih ada, pada tahun 2012, Masamah mendapat kesempatan untuk menambah wawasannya. Ia bergabung  dengan Group Young Voices (YV) yang bergerak dibidang advokasi untuk menyuarakan hak-hak penyandang disabilitas. Young Voices adalah angkatan muda dengan disabilitas yang berusia 16-25 tahun tergabung dalam satu group, mempunyai pontensi, memiliki keinginan untuk belajar,  mempunyai kemauan yang tinggi untuk menambah wawasan dan mau bekerja untuk mempromosikan hak bagi penyandang di sabilitas serta meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat terhadap hak-hak penyadang di sabilitas.

Dengan bergabungnya Masamah ke Young Voices Group, ini cukup membuat Masamah senang. Ini juga sebagai pengobat kesedihannya yang sempat berhenti kuliah. Menurut masamah, belajar di Young Voices sama seperti kita kuliah. Kita diajarkan banyak hal, seperti bagaimana cara berkomunikasi yang baik, bergaul, bersosialisasi dan lain-lain. Semangat seperti inilah yang ingin Masamah sampaikan kepada para penyandang disabilitas lainnya, juga kepada pembaca. Sebagai generasi muda, kita harus selalu bersemangat jangan cepat putus asa, karena menuntut ilmu itu tidak hanya di bangku sekolah saja, tetapi masih banyak tempat lain yang bisa kita gunakan untuk belajar.Orang yang ingin maju, hanya bisa dilakukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. (Ditulis oleh Anggota Young Voices Group-Masamah).
                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar